Selasa

INI AKTIVIS SEBENARNYA !!!

Ya Allah , lindungi aku dari godaan virus HP.


Kenapa ya, akhir-akhir ini hatiku mulai resah? Kemarin aku baru mendengar kalo ada sepasang ikhwan akhwat yang ‘terpaksa’ menikah karena sudah terlanjur melakukan hubungan ‘gelap’. Maksudnya zina gitu. Tapi zinanya nggak sampai berbuat yang tidak-tidak. Yah, cuman sekedar sms-an saja sesama lawan jenis. Walau begitu, menurutku tetap tidak baik. Termasuk telpon yang kelamaan antar lain jenis. Bayangkan saja, sampai ada kasus sepasang ikhwan akhwat yang ‘terpaksa’ menikah karena terlanjur masuk dalam kubangan zina itu. Nggak cuman sepasang sih. Ada beberapa pasang yang kutahu. Yah cukup catatanku saja yang tahu.

“???. Masih semangat ukhti?. Jangan pantang menyerah ya. Allah menyukai orang-orang yang sabar. Kita saling menasehati ya, agar tidak lalai. Dari akh X”.

“Hari ini saya lagi tidak semangat. Kasih tausiyah ya biar semangat. Semoga kita tetap tegar dijalanNya. Dari ukhti X”.

Begitu kira-kita sms yang sering aku baca di HP teman-temanku [maaf ya ku catat dalam tulisan ini]. Isinya bagus. Menggugah semangat, melahirkan inspirasi, dan yang jelas membuat hati berbunga-bunga. Siapa sih yang tidak suka dikasih kata-kata kayak indah begituan. Jujur aku seneng banget kalo dapet sms kayak gitu[ psst ini rahasia].

Dulu sebelum teknologi informasi booming seperti sekarang ini, aku masih menemui beberpa aktivis yang punya HP. Akupun tidak begitu tertarik untuk punya benda itu. Selain keuangan juga belum mencukupi, aku juga belum begitu butuh. Akupun sering diceritakan temanku tentang beberapa ikhwan ataupun akhwat yang selalu misscall lewat tengah malam hanya untuk bangunin shalat lail. Atau tentang sms tausiyah yang akan selalu memberi semangat baru setelah di beri kata-kata ‘indah’. Aku jadi sering mikir, enak juga ya setiap saat aku bisa diingetin dengan misscall atau sms. Jadi nggak perlu susah-susah baca buku tausiyah atau mabid tausiyah, cukup ketik minta nasehat dan tausiyah dari ikhwan atau akhwat, maka beberapa menit akan dipenuhi permintaan tausiyahnya. Bisa saja aku beli benda yang bernama HP itu kapanpun aku mau, tapi selalu kuurungkan niatku. Mengingat mudhorotnya lebih banyak [walau sebenarnya akupun sangat butuh], lebih baik lari aja ke wartel. Eh, tapi sekarang sudah mulai jarang para aktivis pergi ke wartel, apa mungkin mereka itu lebih nyaman ya. Tinggal ketik pesan, klik send. Sampe deh!

Aku jadi tertarik pengin cerita beberapa kasus macam begituan. Beberapa waktu yang lalu seorang ikhwan ketua dari dpc sebuah partai Islam, menikah dengan seorang akhwat yang ternyata sudah lama di incarnya. Ia tak mau menikah melalui wasilah yang sudah disediakan. Ia lebih suka ‘mandiri’. Dan kayaknya akhwatnya pun bagai gayung bersambut. Siapa sih akhwat yang tidak suka ‘ditembak’ ikhwan sholeh, ganteng, pinter, banyak pengalaman organisasinya, suaranya bagus [belakangan kutahu ia seorang mantan penyanyi band di sekolahnya dulu waktu SMA]. Menurut analisisku, mereka itu telah menjalin hubungan ‘gelap’ yang cukup lama, entah kapan persisnya. Jangan mengira hubungan itu dilakukan seperti layaknya orang pacaran jaman sekarang. Mereka bahkan jarang ketemu. Semakin tingginya teknologi informasi, [kemungkinan] mereka memakai alat yang bernama HP untuk mejaga komunikasi. Ah, entahlah bahasa apa yang mereka gunakan itu. Yang jelas terlihat, seluruh penghuni daerah tersebut [para ikhwah] gempar dengan kejadian itu. Memang tidak semua orang sih yang tahu kasus itu, hanya beberapa gelintir. Tapi namanya orang, mulutnya kan lebih dari satu. Akhirnya akupun jadi tahu. Yaitu karena orang punya banyak mulut. Tapi alhamdulillah, mereka kini telah resmi menjadi suami istri.

Ada lagi. Seorang temanku. Ia seorang aktivis dakwah juga. Mereka menikah cukup dini. Kupikir, enak juga ya masih kuliah dengan semester yang cukup muda sudah berani mengambil keputusan besar untuk menikah. Beruntung orang tua mereka merestui dan [masih] mau menanggung beban fimnansial mereka berdua. Apalagi jika mereka mendapat kesulitan materi, tinggal minta saja sama orang tua. Sekali lagi aku cuman tahu belakangan tentang kasus mereka. Sebelum mereka menikah, mereka telah menjalin hubungan ‘gelap’ lewat benda yang bermana HP. Biasa sms ria. Pada kali pertama kata-kata dalam sms itu hanya menanyakan jadwal rapat. Kemudian meningkat menjadi tausiyah [kata mereka itu bernama nasehat], terakhir menjadi maksiyat [ini hanya istilahku saja]. Ya karena masing-masing murobbi mereka sudah tahu [murobbi mereka mendapat laporan dari banyak saksi], akhirnya murobbi-murobbi mereka sepakat menikahkan mereka. Dari pada berlanjut terus tanpa identitas, mending nikahin aja. Sebenarnya para murobbi mereka tidak tega dengan mereka itu dan yang jelas murobbi tidak punya banyak hak untuk memaksa mereka cepat menikah, tapi karena murobbi mereka juga punya tanggung jawab penuh sebagai pengganti orangtua mereka, akhirnya menikahlah pasangan itu.

Aku jadi teringat seorang teman yang tidak mau menikah dengan orang yang dikenal, bukan satu organisasi, dan harus lewat wasilah yang bernama BKKBS. Pertimbangannya gini, kalo orang yang dikenal, bukan satu organisasi dan hanya mau pake BKKBS, adalah kemungkinan kecil nafsu yang memilih. Artinya kedewasaan seseorang akan benar-benar diuji melalui pilihan yang terkadang lebih tidak sesuai dengan keinginan kita. Orang kan tidak tahu apakah calon pasangannya itu cantik, ganteng, pinter atau cacat. Karena hanya satu tolak ukur mutlak bagi seorang muslim sejati untuk memilih calon pasangannya yaitu Sholeh yang akan mendekatkan pada Taqwa. Entah untuk orang lain, masihkan mereka berfikir tentang hal ini? Mungkin nafsu masih mendominasi orang-orang [yang katanya] sholeh.

Kalo dopikir-pikir, kok ya masih ada orang yang mengaku sebagai da’i dan da’iyah tega melakukan perbuatan yang hina seperti itu. Ah, mereka kan manusia, jadi wajar kalo mereka menyukai lawan jenisnya. Lagi pula itu kan fitroh manusia, jadi nggak salah kan? Kalo sudah begini biasanya aku pusing. Aku yang hidup di komunitas KAMMI, semoga tidak terjadi hal-hal yang demikian. Aku tahu kalo orang-orang di KAMMI lebih punya potensi kearah itu, mengingat semakin lebarnya celah yang memungkinkan mereka berbuat seperti itu. Atau boleh jadi karena aku kurang gaul atau tidak banyak informasi tentang komunitasku sendiri, jadi aku tidak tahu. Kalaupun ada orang–orang yang punya kasus serupa, hanyalah sedikit dari yang ada. Aku hanya mampu berdo’a dan berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan syetan yang terkutuk yang akan menjerumuskan aku kedalam lubang kehianaan seumur hidup.

0 komentar:

Template by : Ayat Setiawan --> multimedia-usahaku.blogspot.com